Jumat, 24 Juni 2011

MASYARAKAT BICARA ISBA


ISBA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Bangka), suatu organisasi yang dilahirkan pada tanggal 20 maret 1955 yang merupakan wadah perkumpulan bagi pelajar dan mahasiswa yang berada di luar daerah. sebuah organisasi yang tidak asing lagi didengar oleh orang bangka. Melalui ISBA, telah banyak tercipta pemimpin-pemimpin ternama, berkualitas dan berdedikasi tinggi kepada tanah kelahirannya. Dan salah satunya adalah yang berperan aktif dalam terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Organisasi  yang  dulu dipuja-puja oleh masyarakat (pelajar, pemuda, bahkan orang-orang tua) di Bangka, mengapa tidak dengan adanya organisasi ini, diharapkan para pelajar dan mahasiswa bisa belajar berbagai hal, serta bisa memberikan efek positif terhadap dirinya bahkan untuk daerahnya, dan yang sangat diharapkan ISBA bisa dijadikan sebagai tempat tinggal masyarakat Bangka yang melanjutkan pendidikannya keluar daerah yang tidak lain agar bisa meringankan beban orang tua.
Dari sejak lahirnya hingga sekarang  organisasi ini telah mengalami berbagai macam problema, dari mati suri sampai tidak ada kabar berita seperti ditelan bumi, sungguh malang nasib ISBA ini. Tapi itulah hidup, tanpa ada problema-problema, hidup ini tidak akan indah, disebutkan dalam semboyan orang-orang bijak “Perjuangan adalah seni”. Dengan adanya problema-problema dan semboyan itulah sampai sekarang ISBA masih bisa terdengar dan mengepakkan sayapnya serta menanamkan dalam hatinya untuk selalu bisa berbakti kepada daerah khususnya pada dunia pendidikan.
Keprihatinan ISBA terhadap dunia pendidikan inilah yang menyebabkan organisasi ini ingin bangkit dan ingin mengulang kejayaan-kejayaan di masa lalu, seperti yang dilakukan oleh para abang-abang alumni terdahulu. Bahkan sampai sekarangpun para pengurus ISBA seluruh Indonesia mulai menyatukan pandangannya dan mengarahkannya untuk lebih fokus ke dalam dunia pendidikan. Kita tahu pendidikan itu sangatlah penting.
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan, dikarenakan kurangnya pengarahan orang tua terhadap anak-anaknya, mengapa tidak untuk dapat menyelesaikan pendidikan biayanya tidak sedikit, tapi itu bukanlah suatu alasan yang harus jadi pedoman oleh masyarakat Bangka. Yang lebih parah lagi, sebagian besar masyarakat malah merestui anak-anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah, dengan alasan dikarenakan anak-anaknya sudah bisa mencari uang sendiri (sudah bekerja), yaitu dengan bekerja mencari timah (ngelimbang) atau lain sebagainya, yang dalam seusianya, mereka diharuskan untuk belajar.
Memang, kalau bicara tentang pengahasilan tak bisa di dipungkiri lagi,  hasil yang didapatkan dari menambang sudah lebih dari cukup, tapi hasil alam (Timah) yang dibanggakan oleh masyarakat Bangka Belitung ini, sedikit demi sedikit akan habis, yang jadi pertanyaan mau sampai kapan mereka harus menambang?? Seperti yang kita rasakan sekarang, timah sudah mulai susah untuk didapatkan dan suatu saat pasti akan habis,  setelah habis apa yang diharapkan oleh masyarakat? kembali berkebun? bahkan untuk berkebun dan bercocok tanampun perlu pengaolahan yang membutuh waktu yang sangat lama, yang dalam penelitian perlu waktu 10-15 tahun untuk mengembalikan tanah pasca tambang kembali seperti semula, itu pun tidak utuh seperti semula, mengapa tidak, karena kebanyakan penambangan di daerah kita tidak mengikuti tatacara penambangan yang benar, satu contoh kecil, sebelum melakukan penambang seharusnya lapisan pucuk tanah harus dipindahkan terlebih dahulu, dan setelah penambang selesai pucuk tanah yang tadi dipindahkan dikembalikan lagi.
Jadi, atas problema-problema seperti itulah yang membuat pengurus ISBA seluruh Indonesia (Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Palembang, Solo, Bogor  dan Isba-isba cabang yang lain) ingin mencari solusi untuk mengajak masyarakat khususnya pelajar-pelajar dan para pemuda untuk dapat berfikir tentang betapa pentingnya pendidikan. Seperti hadist nabi yang berbunyi  “ingin bahagia di dunia harus dengan ilmu, ingin bahagia di akhirat harus dengan ilmu, ingin bahagia kedua-duanya harus dengan ilmu”. Apalah artinya harta tanpa ilmu.
Memang tak dipungkiri peran ISBA di era-era sekarang ini sedikit merosot, bahkan banyak masyarakat yang tidak tau apa yang dilakukan ISBA sekarang ini, apalah hendak dikata itulah keadaannya, mungkin dikarena banyak temen-temen yang mengedepankan egonya masing-masing. Sangat disayangkan kalau hal-hal semacam ini terus terjadi.
Tapi Alhamdulillah pada bulan febuari 2011 yang lalu ISBA se-indonesia bertemu, tepatnya di ASRAMA PUTRA ISBA Bandung, yang dalam pertemuan itu membahas beberapa hal, yaitu tentang pembentukan PB ISBA (Pengurus Besar ISBA), tentang  peran ISBA terhadap daerahnya serta mempererat lagi silaturrahmi antar ISBA se-indonesia dan masyarakat khususnya kepada para mahasiswa-mahasiswi dan pelajar yang ada di daerah. Dalam pertemuan ini kita sangat mengharapkan temen-temen ISBA se-Indonesia agar mengenyampingkan ego masing-masing dan lebih mengutamakan kepentingan sosial. Mudah-mudahan dengan pertemuan ini peran ISBA sedikit demi sedikit akan mulai kembali dirasakan oleh masyarakat Bangka dalam segala bidang, yang menurut disiplin ilmu mereka masing-masing. Amin
Disini kita pun mengharapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam memajukan pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar bersama-sama, saling berjabat tangan untuk mencari solusi bagaimana agar pendidikan itu bisa jadi kebutuhan setiap elemen masyarakat, tidak hanya anak-anak para kalangan elit politik, para pejabat dan  pengusaha saja, tetapi para kalangan petani, buruh, pedagang dan lain-lain sebagainya yang penghasilannya di bawah rata-rata. Kalau pendidikan sudah menjadi kebutuhan Insya Allah Bangka Belitung akan menjadi provinsi yang mempunyai SDM yang bisa bersaing tidak hanya di daerah tetapi juga di nasional bahkan internasional.
Tidak heran kalau para remaja di Bangka Belitung moralnya rusak, misalnya berjudi, mencuri, menggunakan obat-obatan terlarang, ke tempat-tempat hiburan malam, pergaulan bebas bahkan sering melawan orang tuanya sendiri. Itu semua dikarenakan kurangnya pendidikan. Siapa yang harus disalahkan?? Tapi sudahlah yang sudah terjadi biarlah terjadi, jadikan pelajaran untuk kedepannya agar lebih baik. Dari pengamatan, sebenarnya budaya-budaya itu mulai menjadi trend sekitar 15-20 tahun kebelakang, yang mau tidak mau sampai sekarang menjadi hobi masyarakat negeri laskar pelangi. Nauzubillahiminzalik. Mudah-mudahan harapan kita untuk negeri laskar pelangi ini kedepannya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Amin Yarobbalalamin.

MENGGUGAT PERAN MAHASISWA


“Tak ada pohon baik yangmenghasilkan buah jelek,
Tak ada pula pohon jelek yang menghasilkan buah yang baik,
Masing-masing pohon di kenali dari buah yang dihasilkan”
(Daud Ibnu Ibrahim al-Shawni)


Mahasiswa dan sejarah perjuangannya
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman yang terus bergerek dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme.
Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakatnya, bangsa dan negaranya.
Sejarah mencatat dengan tinta emasnya, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa selain belajar, gerakan mahasiswa telah banyak dicatat oleh sejarah sebagai kelompok yang ikut andil dalam perubahan sebuah bangsa. Sebagai contoh beberapa peristiwa penumpasan rezim seperti Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Pakistan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Ferdinan Marcos di Filipina tahun 1985, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987 dan Soeharto di Indonesia tahun 1998 merupakan hasil dari gerakan mahasiswa meskipun perjuangan ini tidaklah harus di bayar dengan nyawa, darah dan air mata.

Mengukuhkan Identitas Mahasiswa
Dari sekelumit cerita diatas perlulah dijadikan bahan refleksi mengenai jati diri mahasiswa. Peran mahasiswa minimal di kampus adalah intelektual muda yang kritis dalam menghadapi setiap situasi. Senada dengan pernyataan Ali Syariati “ mahasiswa sejati adalah mereka yang berani mengemukakan protes terhadap penyimpangan yang terjadi dimasyarakat”.
Karena tugas seorang intelektual tidak semata menganyam kata dan menenun gagasan tapi juga mengubahnya menjadi kenyataan. Mahasiswa semestinya menjadi intelektual organik. Yaitu kelompok intelektual yang terlibat dalam berbagai kelas masyarakat. Bukan menjadi kelas ekskusif yang berada di menara gading, melainkan turun berjuangan bersama rakyat. Karena perubahan tidak bisa dilakukan hanya oleh mahasiswa, melainkan bersama-sama dengan setiap elemen dalam masyarakat. Dan satu lagi Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah, kerja lapangan atau kesempatan yang lain mengenai masalah-masah yang ada.
Tugas mahasiswa tidak hanya belajar atau melahap buku-buku demi kepentingan akademik semata. Mahasiswa harus ikut andil dalam perubahan, kritis menyikapi setiap ketidak adilan. “Karena Diam Bukanlah Emas”

Bangkit melawan atau tunduk tertindas karna mundur adalah penghianatan.
BERANIKAH KAMU??

PRO-KONTRA & KURANGNYA SOSIALISASI DAN PEMAHAMAN TERHADAP PLTN


Rencana pemerintah untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menimbulkan Pro-Kontra dari beberapa elemen masyarakat di Provinsi Bangka Belitung. Ditambah lagi dengan peristiwa yang menyebabkan Meledaknya PLTN di Fukushima Daiichi, Jepang, yang dipicu gempa berkekuatan 9 Skala Richter, baru-baru ini semakin membangkitkan kembali penolakan wacana tentang rencana pemerintah Indonesia khususnya di Bangka Belitung untuk memanfaatkan nuklir sebagai energi alternatif.
Adanya penolakan beberapa elemen masyarakat di sebabkan oleh pemahaman yang kurang tepat terhadap berbagai aspek terkait PLTN tersebut. Pemberian pengetahuan IPTEK nuklir kepada masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi, terutama untuk yang belum terkena pengaruh gerakan anti nuklir. Gerakan ini muncul di dunia sekitar tahun 1950an ketika Uni sovyet meledakkan senjata nuklirnya yang pertama tahun 1949 yang disusul oleh inggris tahun 1952. Motivasi awal gerakan anti nuklir adalah menentang penggunaan nuklir untuk senjata pemusna oleh pemerintahan mereka. Di Indonesia, sayangnya, rencana pembangunan PLTN selalu terbentur pada tekanan sosial politik dan ekonomi yang begitu besar. Jika kondisi ini terus belanjut di masa-masa mendatang, kemajuan dan kesejahteraan penduduk Indonesia diperkirakan akan menjadi tertinggal dibanding negara-negara berkembang lain di dunia ini yang memutuskan untuk membangun pembangkit listrik dengan sumber bahan bakar nuklir. Tidak diragukan lagi bahwa energi merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Walaupun demikian, bukan perkara mudah untuk membuat public mengerti akan sesuatu yang baru apalagi teknologinya yang dianggap canggih. Di perlukan cara yang sangat arif dan bijaksana, bagaimana agar knowledge kepada masyarakat bisa berjalan dengan baik dan sikap saling terbuka dan percaya. Terbuka dalam artian dijelaskan secara jujur apa saja manfaaat dan resiko yang bisa ditimbulkan berdasarkan fakta-fakta yang sebenar-benarnya. Sehingga pengetahuan masyarakat semakin balance dan akhirnya masyarakat bisa menilai dengan adil tanpa pengaruuh dan tekanan pihak manapun. Itulah yang menjadi tugas besar, tidak hanya pemerintah, tetapi juga bagi mereka yang benar-benar mengerti akan kondisi dan situasi yang sebenarnnya tentang PLTN itu sendiri.

Memahami Radiasi PLTN
Sumber radiasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu radiasi alam dan buatan. Sumber radiasi alam sudah ada sejak terbentuknya alam semesta, sedangkan sumber radiasi buatan berasal dari unsure netral yang dibuat menjadi radioaktif dalam peralatan tertentu, misalnya dibuat di dalam reactor nuklir. Pancaran radiasi dari sumber radiasi alam berlangsung terus menerus selama masih ada unsure radio aktif alam disekitar kita.
Radiasi alam yang diterima oleh manusia berasal dari 3 sumber: pertama, sumber radiasi kosmik berasal dari benda langit di dalam dan di luar tata surya kita. Radiasi ini berasal dari reaksi fusi yang terjadi pada matahari di dalam galaksi bima sakti dan galaksi-galaksi lain yang jumlahnya sangat banyak dan terjadi secara terus menerus. Kedua, sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi. Radiasi terestrial berasal secara alamiah dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi yang disebut primordial. Radiasi tersebut di pancarkan dari unsure-unsur radioaktif alam terutama hasil deret peluruhan uranium, yaitu peluruhan berantai. Ketiga, sumber radiasi internal yang berasal dari tubuh kita sendiri. Sumber radiasi tersebut sudah ada di dalam tubuh sejak lahir dan masuk tubuh karena terbawa oleh udara pernafasan, melalui luka atau bahan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari.
Manusia menerima dosis radiasi dari alam sebesar 200 mili Roentgen equivalent Men (mRem) per tahun. Dosis tersebut tergantung dari beberapa factor seperti lokasi tempat tinggal, jenis rumah, jenis pekerjaan dan bahan makanan yang dikonsumsi. Tubuh kita pada umumnya mendapat radiasi sebesar 25 mRem per tahun dari makanan, minuman dan udara yang kita hirup melalui pernafasan setiap tahun. Disekitar instalasi PLTN dan instalasi nuklir lainnya mungkin dapat menerima tambahan jumlah dosis radiasi maksimum sebesar 1 mRem per tahun. Tambahan  radiasi tersebut jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah dosis radiasi yang kita terima dari alam.
Dari studi dan pengukuran yang dilakukan oleh komisi Ilmiah PBB, untuk efek radiasi dinyatakan bahwa manusia rata-rata tiap tahun terkena radiasi terus menerus kira-kira 200 mRem per tahun, seperti pada tabel di bawah ini :
Sumber Radiasi
Presentase
Radiasi Alam
67.6 %
Radioterapi
30.7 %
Radioaktif jatuhan
0.60 %
Radiasi Buatan
0.45 %
Radiasi dari Instalasi Nuklir
0.15 %
Radiasi lain
0.50 %
Presentasi sumber radiasi yang diterima oleh manusia, (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN)

Memahami Sistem Keselamatan PLTN
Prinsip keselamatan yang digunakan pada reactor nuklir adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan memperkecil dampak yang dapat diakibatkan oleh kejadian kecelakaan, yang lebih dikenal dengan system pertahanan berlapis (defence in depth). Ada 5 pertahanan yang utama yaitu komponen reactor, Konsep pertahanan berlapis, system proteksi reactor, pemeriksaan, pengujian dan operator.
Untuk lebih menjamin keamanan masyarakat dan lingkungan di sekitar PLTN, maka di tetapkan suatu daerah khusus (exclusive zone) dengan radius sekitar 1 km dari PLTN yang harus terbebas dari aktivitas masyarakat umum. Selain itu, teknologi nuklir juga menerapkan azaz keselamatan yang mendasarkan pada prinsip “As Low As Reasonably Achievable” (ALARA), yaitu upaya keselamatan yang mengoptimalkan manfaat dan minimalisasi resiko.

PLTN dan LINGKUNGAN


Kebutuhan energi bagi Indonesia di tahun 2025 nantinya diperkirakan akan menjadi lebih dari tiga kali lipat kebutuhan sekarang. Memang benar, kita masih memiliki tenaga air, angin, surya, dan gelombang untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi sayangnya baik secara teknologis maupun kapasitas, tidak bisa banyak membantu kebutuhan Indonesia di tahun 2025. Potensi energi geothermal sebenarnya cukup besar, tetapi sumber ini tidak selalu tersedia di tempat yang membutuhkan, dan susah di jangkau.
Semua negara yang berpenduduk besar di dunia telah menggunakan PLTN untuk mencukupi kebutuhan listriknya, karena sumber energi ini selain ramah lingkungan juga berintensitas tinggi. Bahan bakar nuklir merupakan anugerah tuhan kepada manusia yang bila tidak dimanfaatkan maka akan terbuang percuma, karena ia akan meluruh dengan sendirinya. Tanpa eksplorasi baru, cadangan bahan bakar nuklir dunia saat ini saja sudah cukup untuk kebutuhan energi hingga 100 tahun lagi. Dengan pengolahan dan pembiakan, bahan bakar nuklir bahkan akan mampu mencukupi kebutuhan energi hingga 3600 tahun ke depan. Indonesia memiliki bahan bakar nuklir yang bila perlu langsung dapat dimanfaatkan.
Ditinjau dari berbagai aspek, termasuk teknologi, ekonomi, lingkungan, maupun energi security, pemanfaatan nuklir untuk listrik merupakan keniscayaan yang banyak manfaatnya terhadap kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya untuk kebutuhan listrik saja tapi juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan lain, misalnya dalam bidang pertaniaan, sekarang yang telah banyak di manfaatkan masyarakat seperti varietas unggul padi (Mira-1, bestari dan cisantana), gandum dan sorgum, teknologi nuklir juga dimanfaatkan di bidang kesehatan yaitu untuk mendeteksi fungsi ginjal seperti alat yang dibuat oleh PRPN-BATAN yang sudah digunakan di Yangoon General Hospital di Myanmar (Sumanto), selain itu juga digunakan untuk mengindentifikasi penanggalan air tanah modern (Pujindiyati). Dalam kaitan dengan perkembangan ketahanan energy global, teknologi nuklir mulai memainkan peran signifikan dalam penyediaan sumber energy melalui suplai listrik dunia.
Namun pro kontra dalam pembangunan PLTN selalu muncul termasuk di Indonesia, padahal ditinjau dari lingkup kelengkapan peraturan ketenaganukliran,  pemanfaatan nuklir untuk pembangkit energy sangat mengedepankan aspek pengawasan, keamanan, dan keselamatan (safeguards, security and safety).
Adanya penolakan beberapa elemen masyarakat di sebabkan oleh pemahaman yang kurang tepat terhadap berbagai aspek terkait PLTN tersebut. Pemberian pengetahuan IPTEK nuklir kepada masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi, terutama untuk yang belum terkena pengaruh gerakan anti nuklir. Gerakan ini muncul di dunia sekitar tahun 1950an ketika Uni sovyet meledakkan senjata nuklirnya yang pertama tahun 1949 yang disusul oleh inggris tahun 1952. Motivasi awal gerakan anti nuklir adalah menentang penggunaan nuklir untuk senjata pemusna oleh pemerintahan mereka. Di Indonesia, sayangnya, rencana pembangunan PLTN selalu terbentur pada tekanan sosial politik dan ekonomi yang begitu besar. Jika kondisi ini terus belanjut di masa-masa mendatang, kemajuan dan kesejahteraan penduduk Indonesia diperkirakan akan menjadi tertinggal dibanding negara-negara berkembang lain di dunia ini yang memutuskan untuk membangun pembangkit listrik dengan sumber bahan bakar nuklir. Tidak diragukan lagi bahwa energi merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Dalam kaitan antara pemanfaatan energi dan lingkungan, presiden AS Barrack Obama dalam sambutannya pada pertemuan tentang aspek nuklir di Praha, Ceko pada 5 april 2009 menyatakan “ Untuk melindungi bumi, kini saatnya kita perlu mengubah pola pemanfaatan energi. Kita harus hadapi perubahan cuaca, dengan mengakhiri ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil”. Menurut angka statistik, saat ini 72% dari semua energi yang dikonsumsi di dunia adalah dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil, 7,8 dari hasil pembakaran biomassa, 4,2 dari penggunaan energi hidrolik dan 16% dari energy nuklir. Dengan kata lain, sebagian besar energy kita adalah energy tidak terbaharukan. (M. D. sormin)
Kaitannya dengan lingkungan, dalam prosesnya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tidak ada pembakaran unsur karbon sehingga tidak menimbulkan emisi CO2, SOx, VHC, NOx, yang menjadi penyebab efek rumah kaca dan hujan asam. Prancis adalah salah satu contoh negara yang berhasil mengurangi emisi CO2 dan SO2 secara signifikan karena penggunaan tenaga nuklir secara besar-besaran untuk pembangkit tenaga listrik. Sebaliknya negara-negara seperti China dan Amerika mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan emisi CO2 karena menggunakan bahan bakar fosil besar-besaran dalam penyediaan energinya.
Walaupun demikian bukan perkara mudah untuk membuat publicc mengerti akan sesuatu yang baru apalagi teknologinya yang dianggap canggih. Di perlukan cara yang sangat arif dan bijaksana, bagaimana agar knowledge kepada masyarakat bisa berjalan dengan baik dan sikap saling terbuka dan percaya. Terbuka dalam artian dijelaskan secara jujur apa saja manfaaat dan resiko yang bisa ditimbulkan berdasarkan fakta-fakta yang sebenar-benarnya. Sehingga pengetahuan masyarakat semakin balance dan akhirnya masyarakat bisa menilai dengan adil tanpa pengaruuh dan tekanan pihak manapun. Itulah yang menjadi tugas besar, tidak hanya pemerintah, tetapi juga bagi mereka yang benar-benar mengerti akan kondisi dan situasi yang sebenarnnya tentang PLTN itu sendiri.