Diera
globalisasi yang serba modern ini banyak sarana-sarana informasi yang membuat
para pemuda terlena dibuatnya, ditambah zaman yang serba demokrasi serta yang
selalu mengatas namakan HAM membuat masyarakat khususnya pemuda semakin tak
terkendali, mereka menganggap demokrasi adalah segala-galanya dan ditambah lagi
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, itulah yang menyebabkan
moral anak-anak di indonesia tercinta ini rusak, bahkan tak bermoral. Orang tua
yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing sibuk akan materi tanpa menghiraukan pendidikan untuk
anak-anaknya, bukan tidak mungkin anak-anak nantinya akan berbuat seperti itu
bahkan lebih, sekarang sudah terbukti!! Kita lihat televisi yang selalu
menayangkan hal-hal yang sebenarnya tidak baik untuk ditanyangkan ya tapi apa
boleh buat, mereka punya senjata pamungkas yang namanya demokrasi dan HAM.
Pendidikan
orang tua adalah awal dari karakter seorang anak, baik buruknya anak itu tergantung pendidikan orang
tuanya, sekarang sudah lumrah kita
lihat, anak-anak muda membentak orang tuanya bahkan ada yang sampai membunuh
orang tuanya sendiri, nauzubillahiminzalik. Satu lagi yang sering kita lihat dari
pendidikan negatif yang diberikan orang tua, yaitu pendidikan yang selalu
memanjakan anaknya, memberikan fasilitas yang berlebihan, itu semua bolehlah
kita lakukan tapi jangan berlebihan, memang benar ada orang yang mengatakan untuk
siapa lagi harta kalau bukan untuk anak,
tapi semua itu bukan pemhaman yang tepat, kita tidak tau sampai kapan
kita hidup di dunia ini? Banyak kita
lihat pejabat-pejabat di negeri ini (tidak semuanya si, tapi kebanyakan, hehehe),
anak-anaknya hidup berpoya-poya, jalan sana jalan sini, gaul sana gaul sini dan
pada akhirnya terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan dan itu juga
terjadi dinegeri laskar pelangi tercinta ini, siapa yang harus disalahkan???
Jelas orang tuanya. Kita bandingkan
persentasenya dengan anak-anak dari keluarga yang sederhana atau yang
kehidupannya pas-pasan, kemauan ingin
berhasilnya tinggi bahkan mimpinya mengalahkan tingginya langit, jangankan buat
berpoya-poya, jalan sana jalan sini, buat makan saja mereka susah, tapi kita
lihat, kebanyakan dari mereka membuahkan hasil, sehingga menjunjung tinggi nama
keluarga dan daerah, alangkah bahagianya kalau anak-anak di negeri serumpun
sebalai seperti itu. Amin
Kita
tau tujuan orang tua menyekolahkan anaknya kenegeri orang supaya mereka bisa
hidup mandiri, memiliki wawasan yang tinggi dan mempunyai jati diri, tapi kalau
salah mendidik, keinginan anak selalu dituruti (dimanja) bukan malah
membuat mereka mandiri dan mempunyai jati diri melainkan
menyebloskan mereka kedalam kesusahan, mengapa tidak mental mereka akan menjadi
mental yang selalu bergantung pada orang
tuanya, ia kalau orang tuanya mempunyai umur panjang kalau tidak? Mereka akan
terpukul sehingga apa yang diharapkan akan pupus ditengah jalan, itu semua
terbukti. Biasanya kalau orang yang sudah biasa hidup senang disaat hidupnya
susah maka mentalnya akan terganggu, beda dengan orang-orang yang sudah biasa
dengan hidup sederhana disaat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sekalipun,
mentalnya tidak akan terlalu terpukul sehingga mudah untuk bangkit.
Ada
satu pendapat yang tidak masuk akal, kalau ada orang tua bilang “Dulu saya susah maka anak saya jangan sampai
susah” dalam artian yang bagaimana,
bukan dengan memberikannya hidup mewah dan memanjakannya melainkan
mengajarkankannya bagaimana hidup yang sebenarnya. Ada yang bilang lebih baik
meninggalkan ilmu daripada meninggalkan harta, karena dengan ilmu kita bisa
menjaga harta, tapi akan lebih baik lagi kalau meninggalkan kedua-duanya.
Hehehehehe. Terimakasih..