Senin, 28 November 2011

"BESARNYA PERAN ORANG TUA TERHADAP KARAKTER SEORANG ANAK"


Diera globalisasi yang serba modern ini banyak sarana-sarana informasi yang membuat para pemuda terlena dibuatnya, ditambah zaman yang serba demokrasi serta yang selalu mengatas namakan HAM membuat masyarakat khususnya pemuda semakin tak terkendali, mereka menganggap demokrasi adalah segala-galanya dan ditambah lagi kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, itulah yang menyebabkan moral anak-anak di indonesia tercinta ini rusak, bahkan tak bermoral. Orang tua yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing sibuk akan materi  tanpa menghiraukan pendidikan untuk anak-anaknya, bukan tidak mungkin anak-anak nantinya akan berbuat seperti itu bahkan lebih, sekarang sudah terbukti!! Kita lihat televisi yang selalu menayangkan hal-hal yang sebenarnya tidak baik untuk ditanyangkan ya tapi apa boleh buat, mereka punya senjata pamungkas yang namanya  demokrasi dan HAM.
Pendidikan orang tua adalah awal dari karakter seorang anak, baik buruknya  anak itu tergantung pendidikan orang tuanya,  sekarang sudah lumrah kita lihat, anak-anak muda membentak orang tuanya bahkan ada yang sampai membunuh orang tuanya sendiri, nauzubillahiminzalik. Satu lagi yang sering kita lihat dari pendidikan negatif yang diberikan orang tua, yaitu pendidikan yang selalu memanjakan anaknya, memberikan fasilitas yang berlebihan, itu semua bolehlah kita lakukan tapi jangan berlebihan, memang benar ada orang yang mengatakan untuk siapa lagi harta kalau bukan untuk anak,  tapi semua itu bukan pemhaman yang tepat, kita tidak tau sampai kapan kita hidup di dunia ini?  Banyak kita lihat pejabat-pejabat  di negeri  ini (tidak semuanya si, tapi kebanyakan, hehehe), anak-anaknya hidup berpoya-poya, jalan sana jalan sini, gaul sana gaul sini dan pada akhirnya terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan dan itu juga terjadi dinegeri laskar pelangi tercinta ini, siapa yang harus disalahkan??? Jelas orang tuanya.  Kita bandingkan persentasenya dengan anak-anak dari keluarga yang sederhana atau yang kehidupannya pas-pasan,  kemauan ingin berhasilnya tinggi bahkan mimpinya mengalahkan tingginya langit, jangankan buat berpoya-poya, jalan sana jalan sini, buat makan saja mereka susah, tapi kita lihat, kebanyakan dari mereka membuahkan hasil, sehingga menjunjung tinggi nama keluarga dan daerah, alangkah bahagianya kalau anak-anak di negeri serumpun sebalai seperti itu. Amin
 Kita tau tujuan orang tua menyekolahkan anaknya kenegeri orang supaya mereka bisa hidup mandiri, memiliki wawasan yang tinggi dan mempunyai jati diri, tapi kalau salah mendidik, keinginan anak selalu dituruti (dimanja) bukan malah membuat mereka  mandiri  dan mempunyai jati diri melainkan menyebloskan mereka kedalam kesusahan, mengapa tidak mental mereka akan menjadi mental  yang selalu bergantung pada orang tuanya, ia kalau orang tuanya mempunyai umur panjang kalau tidak? Mereka akan terpukul sehingga apa yang diharapkan akan pupus ditengah jalan, itu semua terbukti. Biasanya kalau orang yang sudah biasa hidup senang disaat hidupnya susah maka mentalnya akan terganggu, beda dengan orang-orang yang sudah biasa dengan hidup sederhana disaat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sekalipun, mentalnya tidak akan terlalu terpukul sehingga mudah untuk bangkit.
Ada satu pendapat yang tidak masuk akal, kalau ada orang tua bilang “Dulu saya susah maka anak saya jangan sampai susah  dalam artian yang bagaimana, bukan dengan memberikannya hidup mewah dan memanjakannya melainkan mengajarkankannya bagaimana hidup yang sebenarnya. Ada yang bilang lebih baik meninggalkan ilmu daripada meninggalkan harta, karena dengan ilmu kita bisa menjaga harta, tapi akan lebih baik lagi kalau meninggalkan kedua-duanya. Hehehehehe. Terimakasih..

Rabu, 16 November 2011

RENDAH DIRI KARNA STATUS SOSIAL


Kalau sebagian orang dapat terserang penyakit rendah diri karna keadaan orangtuanya, maka begitu banyak pula orang yang minder dan merasa hina karna dirinya sendiri berada dalam keadaan miskin harta. Tak sedikit orang yang merasa tak pantas lagi hidup hanya gara-gara urusan harta. Padahal kemuliaan disisi Allah tidaklah dipandang dari kekeyaan ataupun kemiskinannya.

Allah berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS al-Hujurat[49]:13).

Artinya, kunci utama yang harus kita pegang bagaimanapun keadaan kita: miskin atau kaya adalah bahwa kemulian itu bukan datang dari apapun dan dari siapa pun, melainkan karna ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Mengapa kita meski rendah diri dihadapan orang kaya? Karna, kita masih menganggap ada orang yang memiliki harta. Padahal sebetulnya, kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi. Jagat raya, alam semesta, berikut isinya ini mutlak segalanya milik Allah semata. Semuanya dikuasai oleh Allah dan tidak bisa dimiliki oleh siapapun.

Manusia hanyalah mengaku-mengaku sebentar, untuk kemudian ditinggal mati. Mau dibawa kemana harta itu setelah kita mati? Dibawa masuk keliang kubur? Ah, bumi ini toh milik Allah jua.
Dengan demikian, kunci pertama supanya kita tidak merasa rendah diriketika menghadapi orang lain adalah harus yakin bahwa segala kekayaan itu adalah milik Allah! Lalu, Allah membagi-bagikannya kepada siapa saja yang dia kehendakan dan menahannya dari siapapun yang dikehendaki-Nya. Mau kaya, mau miskin; semuanya mutlak tergantung kehendak Allah.

Firman Allah :
“Allah melapangkan rezki siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia(pula) yang menyempitkan (rezki itu) baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS al-Ankabut [29]:62).
Dalam memandang kehidupan ini, seharusnya kita seperti sedang bekerja didalam suatu pekerjaan besar.

SEKIAN ...!!!