Jumat, 24 Juni 2011

MASYARAKAT BICARA ISBA


ISBA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Bangka), suatu organisasi yang dilahirkan pada tanggal 20 maret 1955 yang merupakan wadah perkumpulan bagi pelajar dan mahasiswa yang berada di luar daerah. sebuah organisasi yang tidak asing lagi didengar oleh orang bangka. Melalui ISBA, telah banyak tercipta pemimpin-pemimpin ternama, berkualitas dan berdedikasi tinggi kepada tanah kelahirannya. Dan salah satunya adalah yang berperan aktif dalam terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Organisasi  yang  dulu dipuja-puja oleh masyarakat (pelajar, pemuda, bahkan orang-orang tua) di Bangka, mengapa tidak dengan adanya organisasi ini, diharapkan para pelajar dan mahasiswa bisa belajar berbagai hal, serta bisa memberikan efek positif terhadap dirinya bahkan untuk daerahnya, dan yang sangat diharapkan ISBA bisa dijadikan sebagai tempat tinggal masyarakat Bangka yang melanjutkan pendidikannya keluar daerah yang tidak lain agar bisa meringankan beban orang tua.
Dari sejak lahirnya hingga sekarang  organisasi ini telah mengalami berbagai macam problema, dari mati suri sampai tidak ada kabar berita seperti ditelan bumi, sungguh malang nasib ISBA ini. Tapi itulah hidup, tanpa ada problema-problema, hidup ini tidak akan indah, disebutkan dalam semboyan orang-orang bijak “Perjuangan adalah seni”. Dengan adanya problema-problema dan semboyan itulah sampai sekarang ISBA masih bisa terdengar dan mengepakkan sayapnya serta menanamkan dalam hatinya untuk selalu bisa berbakti kepada daerah khususnya pada dunia pendidikan.
Keprihatinan ISBA terhadap dunia pendidikan inilah yang menyebabkan organisasi ini ingin bangkit dan ingin mengulang kejayaan-kejayaan di masa lalu, seperti yang dilakukan oleh para abang-abang alumni terdahulu. Bahkan sampai sekarangpun para pengurus ISBA seluruh Indonesia mulai menyatukan pandangannya dan mengarahkannya untuk lebih fokus ke dalam dunia pendidikan. Kita tahu pendidikan itu sangatlah penting.
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan, dikarenakan kurangnya pengarahan orang tua terhadap anak-anaknya, mengapa tidak untuk dapat menyelesaikan pendidikan biayanya tidak sedikit, tapi itu bukanlah suatu alasan yang harus jadi pedoman oleh masyarakat Bangka. Yang lebih parah lagi, sebagian besar masyarakat malah merestui anak-anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah, dengan alasan dikarenakan anak-anaknya sudah bisa mencari uang sendiri (sudah bekerja), yaitu dengan bekerja mencari timah (ngelimbang) atau lain sebagainya, yang dalam seusianya, mereka diharuskan untuk belajar.
Memang, kalau bicara tentang pengahasilan tak bisa di dipungkiri lagi,  hasil yang didapatkan dari menambang sudah lebih dari cukup, tapi hasil alam (Timah) yang dibanggakan oleh masyarakat Bangka Belitung ini, sedikit demi sedikit akan habis, yang jadi pertanyaan mau sampai kapan mereka harus menambang?? Seperti yang kita rasakan sekarang, timah sudah mulai susah untuk didapatkan dan suatu saat pasti akan habis,  setelah habis apa yang diharapkan oleh masyarakat? kembali berkebun? bahkan untuk berkebun dan bercocok tanampun perlu pengaolahan yang membutuh waktu yang sangat lama, yang dalam penelitian perlu waktu 10-15 tahun untuk mengembalikan tanah pasca tambang kembali seperti semula, itu pun tidak utuh seperti semula, mengapa tidak, karena kebanyakan penambangan di daerah kita tidak mengikuti tatacara penambangan yang benar, satu contoh kecil, sebelum melakukan penambang seharusnya lapisan pucuk tanah harus dipindahkan terlebih dahulu, dan setelah penambang selesai pucuk tanah yang tadi dipindahkan dikembalikan lagi.
Jadi, atas problema-problema seperti itulah yang membuat pengurus ISBA seluruh Indonesia (Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Palembang, Solo, Bogor  dan Isba-isba cabang yang lain) ingin mencari solusi untuk mengajak masyarakat khususnya pelajar-pelajar dan para pemuda untuk dapat berfikir tentang betapa pentingnya pendidikan. Seperti hadist nabi yang berbunyi  “ingin bahagia di dunia harus dengan ilmu, ingin bahagia di akhirat harus dengan ilmu, ingin bahagia kedua-duanya harus dengan ilmu”. Apalah artinya harta tanpa ilmu.
Memang tak dipungkiri peran ISBA di era-era sekarang ini sedikit merosot, bahkan banyak masyarakat yang tidak tau apa yang dilakukan ISBA sekarang ini, apalah hendak dikata itulah keadaannya, mungkin dikarena banyak temen-temen yang mengedepankan egonya masing-masing. Sangat disayangkan kalau hal-hal semacam ini terus terjadi.
Tapi Alhamdulillah pada bulan febuari 2011 yang lalu ISBA se-indonesia bertemu, tepatnya di ASRAMA PUTRA ISBA Bandung, yang dalam pertemuan itu membahas beberapa hal, yaitu tentang pembentukan PB ISBA (Pengurus Besar ISBA), tentang  peran ISBA terhadap daerahnya serta mempererat lagi silaturrahmi antar ISBA se-indonesia dan masyarakat khususnya kepada para mahasiswa-mahasiswi dan pelajar yang ada di daerah. Dalam pertemuan ini kita sangat mengharapkan temen-temen ISBA se-Indonesia agar mengenyampingkan ego masing-masing dan lebih mengutamakan kepentingan sosial. Mudah-mudahan dengan pertemuan ini peran ISBA sedikit demi sedikit akan mulai kembali dirasakan oleh masyarakat Bangka dalam segala bidang, yang menurut disiplin ilmu mereka masing-masing. Amin
Disini kita pun mengharapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam memajukan pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar bersama-sama, saling berjabat tangan untuk mencari solusi bagaimana agar pendidikan itu bisa jadi kebutuhan setiap elemen masyarakat, tidak hanya anak-anak para kalangan elit politik, para pejabat dan  pengusaha saja, tetapi para kalangan petani, buruh, pedagang dan lain-lain sebagainya yang penghasilannya di bawah rata-rata. Kalau pendidikan sudah menjadi kebutuhan Insya Allah Bangka Belitung akan menjadi provinsi yang mempunyai SDM yang bisa bersaing tidak hanya di daerah tetapi juga di nasional bahkan internasional.
Tidak heran kalau para remaja di Bangka Belitung moralnya rusak, misalnya berjudi, mencuri, menggunakan obat-obatan terlarang, ke tempat-tempat hiburan malam, pergaulan bebas bahkan sering melawan orang tuanya sendiri. Itu semua dikarenakan kurangnya pendidikan. Siapa yang harus disalahkan?? Tapi sudahlah yang sudah terjadi biarlah terjadi, jadikan pelajaran untuk kedepannya agar lebih baik. Dari pengamatan, sebenarnya budaya-budaya itu mulai menjadi trend sekitar 15-20 tahun kebelakang, yang mau tidak mau sampai sekarang menjadi hobi masyarakat negeri laskar pelangi. Nauzubillahiminzalik. Mudah-mudahan harapan kita untuk negeri laskar pelangi ini kedepannya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Amin Yarobbalalamin.

2 komentar:

  1. dengan gagasan ini, semoga apa yg kita harapkan dan kita cita-citakan, utk menjadikan ISBA sebagai media penyalur SDM yg berkualitas bagi bangsa dan negara, khususnya BABEL, dapat berjalan lancar dan maksimal,
    amien.

    BalasHapus
  2. Ditto : Amin...terimakasih ditto adam ats komennya

    BalasHapus