Jumat, 23 September 2011

“MERAJALELANYA VIRUS KORUPSI DI DAERAH“


Maraknya virus korupsi yang terjadi dinegeri ini tak lain dan tak bukan dikarenakan negeri ini mengalami krisis keteladanan yang luar biasa dasyat. Korupsi sudah menjadi hal yang biasa dikalangan masyarakat, lihat saja dalam kesehariannya korupsi terjadi di setiap lapisan masyarakat, mulai kasta terendah sampai kasta tertinggi sekalipun. Berapa banyak kasus-kasus yang terjadi setiap harinya, seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir ini, misalnya kasus Bank century dan wisma atlit yang masih hangat ditelinga masyarakat yang sampai sekarang belum terselesaikan, yang merugikan Negara sampai ratusan milyar dan di tambah lagi kasus-kasus korupsi di daerah misalnya di jawa barat, kasus pengadaan mobil pemadam kebakaran yang menyeret mantan gubernur jawa barat, di Bangka Belitung kasus gratifikasi yang menyeret mantan wakil wali kota dan para mantan anggota DPRD Pangkalpinang dan masih banyak lagi yang lainnya, seharusnya kasus-kasus ini tak semestinya terjadi mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang mayoritas beragama islam, timbul pertanyaan  mengapa in terjadi? Itu semua terjadi dikarenakan krisis keteladanan dari  para pemeimpin di negeri ini.
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (2009) dalam bukunya “Muhammad SAW The Super Leader Super Manager” mengatakan krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan, akibat dari krisis ini jauh lebih dasyat dari krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi, dan air. Hal itu dikarenakan absennya  pemimpin-pemimpin yang visioner, kompeten, dan memiliki integritas tinggi, maka masalah kesehatan, pendidikan, system peradilan, transportasi, air, dan konversi hutan akan semakin parah. Akibatnya, semakin hari biaya pelayanan kesehatan semakin sulit terjangkau, manajemen transportasi semakin amburadul, pendidikan semakin kehilangan nurani welas asih yang berorientasi kepada akhlak mulia, sungai dan air tanah semakin tercemar dan sampah meumpuk dimana-mana. Inilah permasalahan yang dialamai sebagian besar Negara-negara didunia, termasuk Indonesia.
Merajalelanya Virus Korupsi
Kebocoran anggaran dan pelaksanaan pembangunan ternyata lebih parah dari masa orde baru. Jika dahulu korupsi terkonsentrasi di pemerintahan pusat, kini tersebar merata di semua lapisan birokrasi. Yang lebih memperhatinkan adalah korupsi dilakukan oleh oknum penegak keadilan yang sejatinya bertugas membrantas korupsi seperti kepolisisan, kejaksaan, dan pengadilan. Tak heran mengapa infrastruktur layanan public di Negeri ini sangat memprihatinkan. Siapa yang dirugikan? Jawabannya pasti rakyat karena jatah pembangunan proyek dan sarana public semakin kecil. Tak heran mengapa infrastruktur layanan public di negeri ini sangat memprihatinkan.
Kebocoran semakin menjadi-jadi ketika system otonomi daerah (otda) belum bisa di pahami dan dilaksanakan dengan jiwa dewasa dan penuh tanggung jawab. Sebagai contoh, untuk menjadi seorang kepala daerah (Gubernur, Walikota atau Bupati) di pulau jawa atau daerah-daerah tertentu di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dibutuhkan biaya kampanye minimal  7 miliar sampai dengan 15 miliar. Ketika para calon kepala daerah meminjam dari beberapa pengusaha dan teman-temannya, ia langsung menjadi penghutang besar yang harus dibayar selama masa pemerintahannya. Disinilah ia akan memulai tugas utama sebagai kepala daerah dengan program “balik modal”. Program balik modal ini jelas tidak bisa diharapkan dari gaji structural karena take-homepayment resmi para pejabat itu  tidak lebih dari 15 juta sampai dengan 20 juta perbulan, mungkin jika ditambah berbagai tunjangan resmi  mencapai 50 juta sampai dengan 100 juta. Jikalau Rp 50 juta dikalikan 60 bulan masa jabatan maka total pendapatan resmi dan halal kepala daerah hanya 3 milyar (Rp 50 juta x 60 bulan). Darimana ia harus menutupi sisanya? Jawabannya yaitu dengan menitipkan persentase tertentu dari APBD kepada kontraktor. Setiap kontraktor yang ikut tender harus siap untuk menyetor 5,10 hingga 20 persen jika ingin menang. Demikian juga pemimpin daerah akan mendapatkan income saat bendaharawan pemda melakukan pembayaran ke kontraktor. Pimpinan pemda juga akan mendapatkan tambahan income non halal dari setiap perijinan dan konsesi penambangan dan investasi yang dilakukan diwilayahnya.
Alhamdulillah, sebagian besar dari kepala daerah (Gubernur, Walikota dan  Bupati) tersebut beragama islam, mereka sholat, puasa ramadhan bahkan hampir semua sudah menunaikan ibadah haji  dan umroh. Saya yakin dari waktu kewaktu mereka juga membaca sholawat kepada rosullullah saw. Namun kita tidak tahu apakah beliau tersenyum kelu atau menangis sedih ketika sholawat dikumandangkan tetapi kesejahteraan umatnya di Injak-injak karena sebagian infrastruktur kesehatan, pendidikan, jalan dan pengairan justru dirampas oleh mereka yang membaca sholawat kepadanya.
Menyambut Pilkada Di Negeri Timah
Beberapa bulan lagi kursi nomor satu di negeri yang kaya akan timah ini akan di perebutkan, berbagaimacam cara dilakukan seperti datang kekampung-kampung untuk membagikan beras, baju dan lain-lain sebagainya di tambah lagi janji-janji yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, yang pada hakekatnya hanya sebagai topeng untuk mendapatkan simpati masyarakat, yang anehnya masyarakatpun inging di bodoh-bodohi oleh mereka, alangkah hinanya cara-cara seperti itu. Sungguh malang nasib masyarakat di negeri timah ini karena yang bakal jadi pemimpin ditanah kelahirannya adalah orang-orang yang tidak diridhoi Allah, mengapa tidak karena dibalik pemberian mereka ada sesuatu yang mereka harapkan, dan lebih parah lagi setelah mereka terpilih mereka lupa akan janji-janji yang pernah mereka ucapkan. Tak layak kiranya jika kursi nomor satu dinegeri yang kaya akan timah ini diisi oleh orang-orang yang munafik dan tidak bertanggung jawab, yang karena ingin mendapatkan sesuatu harus mengorbankan orang lain. siapa yang harus merubahnya?? Yang pasti adalah para pemuda (mahasiswa) negeri ini.
Kita semua tau Para pemuda (mahasiswa) mempunyai arti sendiri bagi negeri ini, bahwa selain belajar atau melahap buku-buku demi kepentingan akademik, Mahasiswa harus ikut andil dalam perubahan, kritis menyikapi setiap ketidak adilan. Gerakan pemuda (mahasiswa) telah banyak dicatat oleh sejarah sebagai kelompok yang ikut andil dalam perubahan sebuah bangsa. Sebagai contoh beberapa peristiwa penumpasan rezim seperti Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Pakistan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Ferdinan Marcos di Filipina tahun 1985, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987 dan Soeharto di Indonesia tahun 1998 merupakan hasil dari gerakan pemuda (mahasiswa), meskipun perjuangan ini tidaklah harus di bayar dengan nyawa, darah dan air mata. Sejarah mencatat dengan tinta emasnya, perjuangan pemuda (mahasiswa) dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari pemuda (mahasiswa) dan dari pergerakan pemuda (mahasiswa) akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Mudah-mudahan para pemuda di negeri timah ini bisa berkaca dari peristiwa-peristiwa di atas, agar semangat untuk melawan ketidak adilan di Negeri timah ini tidak hilang dimakan zaman yang telah habis kejujuran didalamnya.