Senin, 26 Desember 2011

POLISI BUKAN LAGI MITRA MASYARAKAT


Kalau melihat tanyangan televisi baru-baru ini, kejadian yang menimpa masyarakat Bima, sungguh di luar batas prikemanusiaan, polisi yang dikenal sebagai pelindung, pengayom dan mitra masyarakat kini menjadi penindas, pembunuh dan musuh masyarakat. Kejadian-kejadian seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi antara lain di Papua dan Masuji yang baru-baru ini hangat terdengar ditelinga kita. Anehnya aparat penegak hukum bukan belajar atas kejadian-kejadian itu malah menambah cerita-cerita kelam sejarah kekerasan di negeri ini, ini membuktikan bahwa rendahnya  moral dan pengetahuan penegak hukum di tanah air tercinta ini.
Kasus di masuji adalah sejarah terkejam yang pernah ada di tanah air ini, kasus diluar prikemanusian ini membuktikan bahwa aparat kepolisian di Indonesia sudah tidak berjalan sesuai amanah perundang-undangan, jadi buat apa ada polisi di negeri ini!! Sangat disayangkan, kejadian-kejadian yang seharusnya bisa diantisipasi dengan dialog dan musyawarah malah dilakukan dengan kekerasan samapai menimbulkan korban nyawa, siapa yang harus di salahkan?? Kalau sudah begini tidak ada yang ingin disalahkan, semuanya lepas tanggung jawab. Dari kejadian ini sudah selayaknya dilakukan pembenahan ditubuh penegak hukum (Kepolisisan), kalau ini dibiarkan terus menerus, ditakutkan masyarakat akan menganggap kekerasan merupakan jalan alternative untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
Peristiwa yang terjadi di bima, sebenarnya dilatar belakangi keyakinan masyarakat tentang keberadaan tambang emas tersebut yang akan mengancam pekerjaan mereka sebagai petani lantaran areal tambang berada pada sumber mata air. Protes dan penolakan tambang ini sudah dilakukan setahun terakhir, namun belum mendapat tanggapan dari Bupati. Jelas dalam tuntutan itu agar penguasa berpihak pada warga yang mayoritas jelas sebagai rakyat di Bima.
Lalu kemana larinya keadilan, sedangkan bagian dari kelompok masyarakat mayoritas yang berjuang bersama ribuan masyarakat di Bima yang menuntut keadilan nyata. Sedangkan dari Pemerintah Kabupaten Bima sendiri tidak menggubrisnya, bahkan mengerahkan kekuatan aparat yang bersenjata lengkap. Apakah ini menjadi rahasia umum tentang keberpihakan institusi aparat “tukang bantai” negara bahwa mereka maju tak gentar membela yang bayar.
Sebenarnya kekerasan ini hanyalah hilir. Hulunya adalah negara yang terbukti gagal melakukan pembaharuan agraria dan mencegah kepentingan luar biasa elite politik dan pengusaha menguasai sektor tambang dan perkebunan. Dengan kejadian-kejadian ini pemerintah diharapkan aktif dalam menanggulangi masalah-masalah yang terjadi, jangan di biarkan berlarut-larut, karena akan berdampak signifikan kepada kehidupan bermasyarakat. Lebih ditakutkan lagi, apabila masyarakat sudah menganggap bahwa aparat kepolisian adalah musuh mereka. Semua ini akan terjadi apabila masalah-masalah ini tidak cepat diselesaikan, saya yakin akan muncul masalah-masalah yang serupa apabila permasalahan ini tidak di tuntaskan denagan baik.
Nama baik aparat kepolisian sudah begitu jelek di masyarakat, terlihat dalam berbagai kehidupan sosial khususnya dalam kehidupan berlalu lintas, polisi yang dikenal sebagai pemeras masyarakat. Hal-hal semacam ini sudah sangat sering terjadi, kapolda, kapolres, kapolsek dan kapolri selaku pimpinan tertinggi di kepolisian sudah tau akan hal-hal semacam itu. Tetapi tidak ada tanggapan yang serius dari permasalahan-permasalahan tersebut. Ditambah lagi, dalam menangani demo masyarakat intelek, polisi selalu melakukannya dengan kekerasan, apakah layak seorang aparat penegak hukum memberlakukan masyarakat intelektual bangsa yang tulus mengeluarkan aspirasinya membawa hak rakyat di perlakukan seperti hewan?? Aparat kepolisian dinegara ini sudah tidak lagi mempunyai nurani welas asih. Mau jadi apa Negara ini kalau semua mahasiswanya hanya diam duduk dibangku kuliah tanpa menghiraukan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah! Dengan mahasiswa aktif dalam menyalurkan aspirasinya saja, pemerintah tetap melakukan hal-hal yang tidak berpihak kemasyarakat. Apalagi tidak!!!
Masyarakat sudah muak dengan janji-janji para pejabat Negara yang selalu mengumbar janji, tanpa ada penyelesaian yang tuntas. Dengan masalah-masalah ini diharapkan pemerintah benar-benar serius dalam menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran yang sangat biadap ini. Karena dampaknya akan sangat patal bagi keamanan dan ketentraman di Negara kesatuan Republik Indonesia. Sebab kalau kita lihat, permasalahan atau kasus yang terjadi semuanya sama yaitu masalah pertambangan dan perkebunan. Sebab saya yakin kalau kasus-kasus ini tidak diselesaikan sampai tuntas, akan timbul lagi masalah-masalah baru seperti masalah-masalah di Papua, Masuji dan Bima.
 
MAJU TAK GENTAR MEMBELA YANG BAYAR BERSAMA POLISI

Rabu, 07 Desember 2011

“BANGKA BELITUNG PASCA PENAMBANGAN TIMAH”



Timah tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Bangka Belitung karena timah merupakan mata pencaharian utama bagi mayoritas masyarakat, dan bisa dikatakan emasnya Bangka Belitung. Selain dari timahnya, Bangka Belitung juga dikaruniai panorama alam yang sangat indah, yang tidak kalah indahnya dengan Pulau Dewata. Hanya saja pemerintah, pengusaha dan stakeholder yang tidak sadar dan tidak bisa memanfaatkan kelebihan ini untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya. Kalau saja semuanya mau, dengan keduanya ini Bangka Belitung bisa menjadi daerah yang maju. Sebab Allah telah memberikan apa yang tidak diberikan Allah kepada daerah lain.
 Kalau bicara kehidupan, pasti semuanya tergantung kepada Allah Azzawajallah, tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana kehidupan manusia tanpa timah atau bahkan tanpa dunia ini sekalipun, semuanya bisa hidup karena izin Allah. Mengapa kita harus takut menjalaninya, toh semua tergantung kepada individu masing-masing. Mau bagaimana kehidupan seseorang tergantung dari seberapa besar kemauan atau ikhtiar orang tersebut untuk memperbaiki kehidupannya. Sebab yang bisa merubah nasib suatu kaum itu adalah kaum itu sendiri.
 Maksud saya disini timah janganlah dijadikan alasan kita buat saling menjatuhkan atau menjelekkan antara satu dengan yang lain apalagi menjelekkan pemimpin, karena sudah kodratnya sebaik apapun kebijakan yang diambil seorang pemimpin tetap saja menimbulkan pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut. Selama itu baik dan sesuai dengan norma-norma yang ada, masyarakat wajibkan mendukung, persetan dengan lawan-lawan politiknya. Sebab orang-orang yang tidak menerima kekalahan inilah yang akan membuat suatu bangsa selalu tertinggal, tapi unkapan ini jangan pula disalah artikan, sebab kita sebagai masyarakat juga berkewajiban untuk mengingatkan pemimpin kita. Apalagi yang terjadi beberapa waktu yang lalu pemerintah, pengusaha dan stakeholder malah sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing, memikirkan hal-hal yang sebenernya tidak begitu penting untuk di urus, sudahlah kasian masyarakat hanya menjadi korban. Masyarakat sudah bosan dengan cerita-cerita perselisihan-perselisihan antara gubernur dengan walikota, atau walikota dengan sekda dan beberapa pejabat lainnya. Masih banyak yang harus kita lakukan, daripada memikirkan itu.
 Seperti yang sudah dijelaskan diatas selain timah, BABEL punya panorama alam yang indah dan ditambah lagi dengan hasil perkebunannya (Lada putih) yang sudah dikenal jauh sebelum timah menjadi icon mata pencaharian Bangka Belitung. Jadi kenapa kita harus bingung dengan kehidupan pasca tambang. Masih banyak yang bisa kita lakukan antara lain memberdayakan tanah dan kolong-kolong pasca tambang, dan itu semua selaras dengan RTRW nasional Pulau Bangka Belitung yaitu menjadi kawasan  andalan pariwisata, pertanian, perikanan, kelautan. Memang tidak bisa dipungkiri tanah dan kolong-kolong pasca tambang tidak bisa langsung digunakan untuk perkebunan dan peikanan, karena butuh waktu untuk itu. Tapi jangan dijadikan alasan, toh sekarang UBB (Universitas Bangka Belitung) dan BBG (Bangka Botanical Garden) sudah mulai dan bahkan sudah berhasil dalam memberdayakan itu semua, jadi tunggu apalagi, tinggal mengembangkannya saja, saya yakin pemerintah konsen dan mempunyai banyak dana untuk itu, tapi sekarang yang jadi pertanyaan berani atau tidak pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk itu. Atau jangan-jangan uangnya sudah jatuh ketangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab!! mudah-mudahan prediksi ini  tidak benar. Amin. Kalau itu semua sudah dilakukan dan dijalankan dengan baik saya yakin,  walaupun timah di BABEL, katakanlah habis, masyarakat bisa hidup dengan itu semua, toh mereka sudah pernah mengalami kehidupan dengan berkebun dan lain-lain. Kenapa kita harus bingung dengan semua itu. Tinggal bagaimana caranya pemerintah melakukan pendampingan dan penjelasan kepada masyarakat tentang itu semua, jangan setelah timah habis baru mulai melakukan perbaikan. Itu yang membuat kita kelabakan menghadapinya.
 Mulailah berfikir bijak, hilangkanlah ego-ego yang ada, mari duduk bersama untuk mencari solusi yang bener-bener afdol untuk kemajuan daerah tercinta ini. Karena siapa lagi yang akan memanjukan daerah ini kalau bukan kita. Jadi buat apa ego ini terus dipertahankan, toh harta dan jabatan tidak semahal nyawa yang diberikan Allah kepada kita. Kalau ajal telah menjemput tidak berguna lagi harta dan jabatan, semuanya pasti ditinggalkan dan hanya akan menjadi sejarah kelam bagi seorang pemimpin. Dan itu semua pasti dipinta pertanggung jawabannya dihadapan Allah. Selagi Allah masih memberikan kesempatan, berbuatlah untuk daerah tercinta ini walau hanya sedikit!! Trimakasih..Wassallambilmaaf..


LEBIH BAIK SEDIKIT BERBUAT DARI PADA TIDAK SAMA SEKALI

Selasa, 06 Desember 2011

PILGUB BABEL 2012 YANG SEMAKIN KELAM


Tanpa pemimpin, sehebat apapun SDM dan sekaya apapun SDA yang ada di negeri itu tidak akan banyak membuahkan hasil, seperti kapal tanpa nahkoda yang tidak tau arah tujuannya”. Menurut Dr Thariq Muhammad as Suwaidan dalam bukunya “Sukses Menjadi Pemimpin Islam” Pemimpin diibaratkan seperti seorang pengembala yang menuntun gembalanya dari depan dan mengajaknya untuk mencari tempat makan yang baik. Dari makna ini bisa kita katakan bahwa peminpin itu adalah orang yang berada didepan dan menjadi petunjuk jalan kebaikan bagi rombongan/orang-orang  yang ia pimpin dan pengarah untuk kebaikan mereka. Bukan seperti pemimpin-pemimpin sekarang yang selalu berada di garis belakang dan mengajarkan masyarakatnya dengan hal-hal yang tidak layak untuk diajarkan. Kepala keluarga bertanggung jawab atas keluarganya, sehingga ia berkewajiban untuk mengarahkan istri dan anak-anaknya untuk menjadi orang-orang yang sholeh dan sholeha. Guru bertanggung jawab atas muridnya. Pimpinan lembaga bertanggung jawab untuk menjalankan lembaga itu agar berhasil. Jika tidak demikian, maka orang-orang yang ikhlas akan menjahuinya, sebaliknya orang-orang pragmatislah yang akan mengelilinginya.
Diera yang telah mengalami krisis kepemimpinan seperti sekarang ini banyak pemimpin-pemimpin hanya mementingkan urusan pribadi mereka sendiri, mereka hanya berfikir bagaimana bermain aman, masyarakat hanya menjadi korban untuk tujuan pribadi mereka. Alangkah sedihnya nasib masyarakat, sudah miskin harta, miskin ilmu malah di jadikan korban oleh pemimpinnya. Padahal kita tau kewajiban seorang pemimpin. Mungkin tak asing lagi kita dengar cerita kepemimpinan rosullullah SAW, beliau selalu mendahului kepentingan ummatnya di bandingkan kepentingan pribadinya, sampai-sampai sebelum menghembuskan nafas terakhirnya pun beliau masih memikirkan ummatnya, dalam suatu riwayat di sebutkan sebelum meninggal rasullullah menyebut-nyebut kata “Ummatku…Ummatku..Ummatku”. Itu membuktikan betapa besarnya tanggung jawab dan kepedulian seorang pemimpin kepada ummatnya, kita bandingkan dengan kepemimpinan-kepemimpinan sekarang bisa dikatakan tidak adalagi pemimpin-pemimpin seperti rosullullah dan para sahabatnya. 

Pilgub Babel 2012
Memasuki Pilgub 2012 yang insyaAllah dilaksanakan 23 Febuari 2011 para calon gubernur Bangka Belitung mulai memainkan strateginya, berbagai macam strategi politik mereka gunakan, cara yang paling sering di gunakan, yaitu dengan membodoh-bodohi masyarakat, ya..tapi itulah potret kehidupan politik di era-era melinium sekarang ini. Uniknya cara-cara yang dipakai oleh para calon gubernur membuat masyarakat Bangka Belitung selalu kecolongan, entah karena masyarakatnya memang bodoh atau memang masyarakatnya pura-pura bodoh. Padahal sudah jelas-jelas cara-cara yang mereka gunakan tidak baik “lo kok malah dipilih” aneh. Mereka tidak memikirkan nasib masyarakat kedepannya, cuma karena di beri baju, beras, sabun dll mereka tak segan-segan memilih. Padahal mereka paham betul cara-cara seperti itu tidak baik. Ajaran Islam mengingatkan umatnya untuk berhati-hati di dalam memilih pemimpin, karena salah memilih pemimpin berarti sama dengan turut berkontribusi dalam menciptakan kesengsaraan masyarakat. Tanggung jawab seorang pemimpin sangat besar  baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Rosullullah sudah memberi “warning” bagi para pemimpin yang selalu membodoh-bodohi rakyat, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: 

Tiada seorang hambapun yang oleh Allah diserahi memimpin rakyat, mati pada hari ia mati dalam keadaan membodohi rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan sorga atasnya.(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadis di atas jelas perbuatan-perbuatan membodoh-bodohi rakyat itu diharamkan bagi ummat Islam. Sekarang mulailah belajar untuk fair dalam berkampanye, buat apa membuang-buang harta dengan tujuan yang picik, ngak ada hasilnya, harta hanya akan terbuang sia-sia. Hidup didunia hanya sementara, satu detik, satu menit, bahkan satu jam kedepan kita tidak bisa memastikan hidup kita, Allahdulillah kalau kita sempat bertobat, “kalau tidak!!” kita akan menyesal selama-lamanya. Nauzubillahiminzalik
 Sedikit menghimbau kepada masyarakat Bangka Belitung mulailah peka terhadap hal-hal seperti diatas jangan mau di bodoh-bodohin, pilihlah pemimpin yang sesuai dengan kaedah-kaedah Islam (Al-Q’uran & Al-Hadist). Jangan mudah terpropokasi dengan hal-hal yang kurang baik. Karena satu suara sangat menentukan Bangka Belitung kedepannya.

"Kita Harus Hidup Bersama Sebagai Saudara
Atau Musnah Bersama Sebagai Orang Yang Bodoh"
(Martin Lauther King Jr)

Senin, 28 November 2011

"BESARNYA PERAN ORANG TUA TERHADAP KARAKTER SEORANG ANAK"


Diera globalisasi yang serba modern ini banyak sarana-sarana informasi yang membuat para pemuda terlena dibuatnya, ditambah zaman yang serba demokrasi serta yang selalu mengatas namakan HAM membuat masyarakat khususnya pemuda semakin tak terkendali, mereka menganggap demokrasi adalah segala-galanya dan ditambah lagi kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, itulah yang menyebabkan moral anak-anak di indonesia tercinta ini rusak, bahkan tak bermoral. Orang tua yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing sibuk akan materi  tanpa menghiraukan pendidikan untuk anak-anaknya, bukan tidak mungkin anak-anak nantinya akan berbuat seperti itu bahkan lebih, sekarang sudah terbukti!! Kita lihat televisi yang selalu menayangkan hal-hal yang sebenarnya tidak baik untuk ditanyangkan ya tapi apa boleh buat, mereka punya senjata pamungkas yang namanya  demokrasi dan HAM.
Pendidikan orang tua adalah awal dari karakter seorang anak, baik buruknya  anak itu tergantung pendidikan orang tuanya,  sekarang sudah lumrah kita lihat, anak-anak muda membentak orang tuanya bahkan ada yang sampai membunuh orang tuanya sendiri, nauzubillahiminzalik. Satu lagi yang sering kita lihat dari pendidikan negatif yang diberikan orang tua, yaitu pendidikan yang selalu memanjakan anaknya, memberikan fasilitas yang berlebihan, itu semua bolehlah kita lakukan tapi jangan berlebihan, memang benar ada orang yang mengatakan untuk siapa lagi harta kalau bukan untuk anak,  tapi semua itu bukan pemhaman yang tepat, kita tidak tau sampai kapan kita hidup di dunia ini?  Banyak kita lihat pejabat-pejabat  di negeri  ini (tidak semuanya si, tapi kebanyakan, hehehe), anak-anaknya hidup berpoya-poya, jalan sana jalan sini, gaul sana gaul sini dan pada akhirnya terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan dan itu juga terjadi dinegeri laskar pelangi tercinta ini, siapa yang harus disalahkan??? Jelas orang tuanya.  Kita bandingkan persentasenya dengan anak-anak dari keluarga yang sederhana atau yang kehidupannya pas-pasan,  kemauan ingin berhasilnya tinggi bahkan mimpinya mengalahkan tingginya langit, jangankan buat berpoya-poya, jalan sana jalan sini, buat makan saja mereka susah, tapi kita lihat, kebanyakan dari mereka membuahkan hasil, sehingga menjunjung tinggi nama keluarga dan daerah, alangkah bahagianya kalau anak-anak di negeri serumpun sebalai seperti itu. Amin
 Kita tau tujuan orang tua menyekolahkan anaknya kenegeri orang supaya mereka bisa hidup mandiri, memiliki wawasan yang tinggi dan mempunyai jati diri, tapi kalau salah mendidik, keinginan anak selalu dituruti (dimanja) bukan malah membuat mereka  mandiri  dan mempunyai jati diri melainkan menyebloskan mereka kedalam kesusahan, mengapa tidak mental mereka akan menjadi mental  yang selalu bergantung pada orang tuanya, ia kalau orang tuanya mempunyai umur panjang kalau tidak? Mereka akan terpukul sehingga apa yang diharapkan akan pupus ditengah jalan, itu semua terbukti. Biasanya kalau orang yang sudah biasa hidup senang disaat hidupnya susah maka mentalnya akan terganggu, beda dengan orang-orang yang sudah biasa dengan hidup sederhana disaat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sekalipun, mentalnya tidak akan terlalu terpukul sehingga mudah untuk bangkit.
Ada satu pendapat yang tidak masuk akal, kalau ada orang tua bilang “Dulu saya susah maka anak saya jangan sampai susah  dalam artian yang bagaimana, bukan dengan memberikannya hidup mewah dan memanjakannya melainkan mengajarkankannya bagaimana hidup yang sebenarnya. Ada yang bilang lebih baik meninggalkan ilmu daripada meninggalkan harta, karena dengan ilmu kita bisa menjaga harta, tapi akan lebih baik lagi kalau meninggalkan kedua-duanya. Hehehehehe. Terimakasih..

Rabu, 16 November 2011

RENDAH DIRI KARNA STATUS SOSIAL


Kalau sebagian orang dapat terserang penyakit rendah diri karna keadaan orangtuanya, maka begitu banyak pula orang yang minder dan merasa hina karna dirinya sendiri berada dalam keadaan miskin harta. Tak sedikit orang yang merasa tak pantas lagi hidup hanya gara-gara urusan harta. Padahal kemuliaan disisi Allah tidaklah dipandang dari kekeyaan ataupun kemiskinannya.

Allah berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS al-Hujurat[49]:13).

Artinya, kunci utama yang harus kita pegang bagaimanapun keadaan kita: miskin atau kaya adalah bahwa kemulian itu bukan datang dari apapun dan dari siapa pun, melainkan karna ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Mengapa kita meski rendah diri dihadapan orang kaya? Karna, kita masih menganggap ada orang yang memiliki harta. Padahal sebetulnya, kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi. Jagat raya, alam semesta, berikut isinya ini mutlak segalanya milik Allah semata. Semuanya dikuasai oleh Allah dan tidak bisa dimiliki oleh siapapun.

Manusia hanyalah mengaku-mengaku sebentar, untuk kemudian ditinggal mati. Mau dibawa kemana harta itu setelah kita mati? Dibawa masuk keliang kubur? Ah, bumi ini toh milik Allah jua.
Dengan demikian, kunci pertama supanya kita tidak merasa rendah diriketika menghadapi orang lain adalah harus yakin bahwa segala kekayaan itu adalah milik Allah! Lalu, Allah membagi-bagikannya kepada siapa saja yang dia kehendakan dan menahannya dari siapapun yang dikehendaki-Nya. Mau kaya, mau miskin; semuanya mutlak tergantung kehendak Allah.

Firman Allah :
“Allah melapangkan rezki siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia(pula) yang menyempitkan (rezki itu) baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS al-Ankabut [29]:62).
Dalam memandang kehidupan ini, seharusnya kita seperti sedang bekerja didalam suatu pekerjaan besar.

SEKIAN ...!!!

Jumat, 23 September 2011

“MERAJALELANYA VIRUS KORUPSI DI DAERAH“


Maraknya virus korupsi yang terjadi dinegeri ini tak lain dan tak bukan dikarenakan negeri ini mengalami krisis keteladanan yang luar biasa dasyat. Korupsi sudah menjadi hal yang biasa dikalangan masyarakat, lihat saja dalam kesehariannya korupsi terjadi di setiap lapisan masyarakat, mulai kasta terendah sampai kasta tertinggi sekalipun. Berapa banyak kasus-kasus yang terjadi setiap harinya, seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir ini, misalnya kasus Bank century dan wisma atlit yang masih hangat ditelinga masyarakat yang sampai sekarang belum terselesaikan, yang merugikan Negara sampai ratusan milyar dan di tambah lagi kasus-kasus korupsi di daerah misalnya di jawa barat, kasus pengadaan mobil pemadam kebakaran yang menyeret mantan gubernur jawa barat, di Bangka Belitung kasus gratifikasi yang menyeret mantan wakil wali kota dan para mantan anggota DPRD Pangkalpinang dan masih banyak lagi yang lainnya, seharusnya kasus-kasus ini tak semestinya terjadi mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang mayoritas beragama islam, timbul pertanyaan  mengapa in terjadi? Itu semua terjadi dikarenakan krisis keteladanan dari  para pemeimpin di negeri ini.
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (2009) dalam bukunya “Muhammad SAW The Super Leader Super Manager” mengatakan krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan, akibat dari krisis ini jauh lebih dasyat dari krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi, dan air. Hal itu dikarenakan absennya  pemimpin-pemimpin yang visioner, kompeten, dan memiliki integritas tinggi, maka masalah kesehatan, pendidikan, system peradilan, transportasi, air, dan konversi hutan akan semakin parah. Akibatnya, semakin hari biaya pelayanan kesehatan semakin sulit terjangkau, manajemen transportasi semakin amburadul, pendidikan semakin kehilangan nurani welas asih yang berorientasi kepada akhlak mulia, sungai dan air tanah semakin tercemar dan sampah meumpuk dimana-mana. Inilah permasalahan yang dialamai sebagian besar Negara-negara didunia, termasuk Indonesia.
Merajalelanya Virus Korupsi
Kebocoran anggaran dan pelaksanaan pembangunan ternyata lebih parah dari masa orde baru. Jika dahulu korupsi terkonsentrasi di pemerintahan pusat, kini tersebar merata di semua lapisan birokrasi. Yang lebih memperhatinkan adalah korupsi dilakukan oleh oknum penegak keadilan yang sejatinya bertugas membrantas korupsi seperti kepolisisan, kejaksaan, dan pengadilan. Tak heran mengapa infrastruktur layanan public di Negeri ini sangat memprihatinkan. Siapa yang dirugikan? Jawabannya pasti rakyat karena jatah pembangunan proyek dan sarana public semakin kecil. Tak heran mengapa infrastruktur layanan public di negeri ini sangat memprihatinkan.
Kebocoran semakin menjadi-jadi ketika system otonomi daerah (otda) belum bisa di pahami dan dilaksanakan dengan jiwa dewasa dan penuh tanggung jawab. Sebagai contoh, untuk menjadi seorang kepala daerah (Gubernur, Walikota atau Bupati) di pulau jawa atau daerah-daerah tertentu di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dibutuhkan biaya kampanye minimal  7 miliar sampai dengan 15 miliar. Ketika para calon kepala daerah meminjam dari beberapa pengusaha dan teman-temannya, ia langsung menjadi penghutang besar yang harus dibayar selama masa pemerintahannya. Disinilah ia akan memulai tugas utama sebagai kepala daerah dengan program “balik modal”. Program balik modal ini jelas tidak bisa diharapkan dari gaji structural karena take-homepayment resmi para pejabat itu  tidak lebih dari 15 juta sampai dengan 20 juta perbulan, mungkin jika ditambah berbagai tunjangan resmi  mencapai 50 juta sampai dengan 100 juta. Jikalau Rp 50 juta dikalikan 60 bulan masa jabatan maka total pendapatan resmi dan halal kepala daerah hanya 3 milyar (Rp 50 juta x 60 bulan). Darimana ia harus menutupi sisanya? Jawabannya yaitu dengan menitipkan persentase tertentu dari APBD kepada kontraktor. Setiap kontraktor yang ikut tender harus siap untuk menyetor 5,10 hingga 20 persen jika ingin menang. Demikian juga pemimpin daerah akan mendapatkan income saat bendaharawan pemda melakukan pembayaran ke kontraktor. Pimpinan pemda juga akan mendapatkan tambahan income non halal dari setiap perijinan dan konsesi penambangan dan investasi yang dilakukan diwilayahnya.
Alhamdulillah, sebagian besar dari kepala daerah (Gubernur, Walikota dan  Bupati) tersebut beragama islam, mereka sholat, puasa ramadhan bahkan hampir semua sudah menunaikan ibadah haji  dan umroh. Saya yakin dari waktu kewaktu mereka juga membaca sholawat kepada rosullullah saw. Namun kita tidak tahu apakah beliau tersenyum kelu atau menangis sedih ketika sholawat dikumandangkan tetapi kesejahteraan umatnya di Injak-injak karena sebagian infrastruktur kesehatan, pendidikan, jalan dan pengairan justru dirampas oleh mereka yang membaca sholawat kepadanya.
Menyambut Pilkada Di Negeri Timah
Beberapa bulan lagi kursi nomor satu di negeri yang kaya akan timah ini akan di perebutkan, berbagaimacam cara dilakukan seperti datang kekampung-kampung untuk membagikan beras, baju dan lain-lain sebagainya di tambah lagi janji-janji yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, yang pada hakekatnya hanya sebagai topeng untuk mendapatkan simpati masyarakat, yang anehnya masyarakatpun inging di bodoh-bodohi oleh mereka, alangkah hinanya cara-cara seperti itu. Sungguh malang nasib masyarakat di negeri timah ini karena yang bakal jadi pemimpin ditanah kelahirannya adalah orang-orang yang tidak diridhoi Allah, mengapa tidak karena dibalik pemberian mereka ada sesuatu yang mereka harapkan, dan lebih parah lagi setelah mereka terpilih mereka lupa akan janji-janji yang pernah mereka ucapkan. Tak layak kiranya jika kursi nomor satu dinegeri yang kaya akan timah ini diisi oleh orang-orang yang munafik dan tidak bertanggung jawab, yang karena ingin mendapatkan sesuatu harus mengorbankan orang lain. siapa yang harus merubahnya?? Yang pasti adalah para pemuda (mahasiswa) negeri ini.
Kita semua tau Para pemuda (mahasiswa) mempunyai arti sendiri bagi negeri ini, bahwa selain belajar atau melahap buku-buku demi kepentingan akademik, Mahasiswa harus ikut andil dalam perubahan, kritis menyikapi setiap ketidak adilan. Gerakan pemuda (mahasiswa) telah banyak dicatat oleh sejarah sebagai kelompok yang ikut andil dalam perubahan sebuah bangsa. Sebagai contoh beberapa peristiwa penumpasan rezim seperti Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Pakistan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Ferdinan Marcos di Filipina tahun 1985, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987 dan Soeharto di Indonesia tahun 1998 merupakan hasil dari gerakan pemuda (mahasiswa), meskipun perjuangan ini tidaklah harus di bayar dengan nyawa, darah dan air mata. Sejarah mencatat dengan tinta emasnya, perjuangan pemuda (mahasiswa) dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari pemuda (mahasiswa) dan dari pergerakan pemuda (mahasiswa) akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Mudah-mudahan para pemuda di negeri timah ini bisa berkaca dari peristiwa-peristiwa di atas, agar semangat untuk melawan ketidak adilan di Negeri timah ini tidak hilang dimakan zaman yang telah habis kejujuran didalamnya.